MAKALAH
KEWIRAUSAHAAN
USAHA
KULINER
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
SIRSAK
ANGGOTA:
DAHLIA
YULIANA
PIKA
SARI
DZULAILY
AFRIANA
XII
TATA BOGA
GURU
PEMBIMBING: EMRIZAL, S. Pi
SMK
NEGERI 1 TEMBILAHAN
T.A.
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang
mana berkat rahmat dan karunia-Nya lah kami dapat menyesaikan penulisan Makalah
“USAHA KULINER” yang kami
susun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran Kewirausahaan. Tak lupa
shalawat dan salam semoga tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW,
kepada keluarga, para sahabat dan seluruh umatnya.
Kami mengakui dalam makalah ini mungkin
masih banyak terjadi kekurangan sehingga hasilnya jauh dari kesempurnaan. Kami
sangat berharap kepada semua pihak kiranya memberikan kritik dan saran yang
sifatnya membangun.
Besar harapan penulis dengan
terselesaikannya makalah ini dapat menjadi bahan tambahan bagi penilaian
guru bidang studi Kewirausahaan dan mudah-mudahan isi dari makalah kami ini
dapat di ambil manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan
terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
penyusunan makalah ini sehingga makalah ini terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Kewirausahaan.
Terima Kasih
Tembilahan,
1 Maret 2017
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .................................................................... I
DAFTAR ISI ................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang sejarah
............................................................... 4
B. Tujuan ........................................................................................ 7
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
D. Batasan Masalah ......................................................................... 7
BAB II PEMBAHASAN
1. Membuka Usaha Kuliner .......................................................... 8
2. Macam-macam Laba ................................................................. 9
3. Menghitung Modal .................................................................. 10
4. Resiko Selama Berbisnis Kuliner ............................................ 10
5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Usaha ................................ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 13
B. Saran ........................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa
masakan. Masakan tersebut berupa lauk pauk, makanan (penganan), dan minuman.
Karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri,
“SEJARAH”
Masakan Indonesia merupakan pencerminan
beragam budaya dan tradisi berasal dari Kepulauan Nusantara yang terdiri dari
sekitar 6.000 pulau dan memegang tempat penting dalam budaya nasional Indonesia
secara umum dan hampir seluruh masakan Indonesia kaya dengan bumbu rempah-rempah
seperti kemiri, cabai, temu kunci, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, kelapa, dan
gula aren dengan diikuti penggunaan teknik-teknik memasak menurut bahan dan
tradisi-adat yang terdapat pula pengaruh melalui perdagangan yang berasal dari
India, Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa.
Pada dasarnya tidak ada satu bentuk
tunggal “Masakan Indonesia”, tetapi lebih kepada keanekaragaman masakan
regional yang dipengaruhi secara lokal oleh Kebudayaan Indonesia serta pengaruh
asing. Sebagai contoh, beras yang diolah menjadi nasi putih, ketupat, atau
lontong (beras yang dikukus) sebagai makanan pokok bagi mayoritas penduduk
Indonesia namun untuk bagian timur lebih umum dipergunakan juga jagung, sagu,
singkong dan ubi jalar. Bentuk lengkap penyajiannya disebagian makanan
Indonesia umumnya berupa makanan pokok dengan lauk-pauk berupa daging, ikan
atau sayur disisi piring.
Sepanjang sejarahnya, Indonesia telah
terlibat dalam perdagangan dunia berkat lokasi daan sumber daya alamnya. Teknik
memasak dan bahan makanan asli Indonesia berkembang dan kemudian dipengaruhi
oleh seni kuliner India, Timur Tengah, China dan akhirnya Eropa. Para pedagang
Spanyol dan Portugis membawa berbagai bahan makanan dari Benua Amerika jauh
sebelum Belanda berhasil menguasai Indonesia. Pulau Maluku yang termahsyur
sebagai “Kepulauan Rempah-rempah”, juga menyumbangkan tanaman rempah asli
Indonesia kepada seni kulinerdunia. Seni kuliner kawasan bagian timur ndonesia
mirip dengan sen memasak Polinesia dan Melanesia.
Masakan Sumatera, sebagai contoh,
seringkali menampilkan pengaruh Timur Tengah dan India, seperti penggunaan
bumbu kari pada hidangan daging dan sayurannya, sementara masakan Jawa
berkembang dari teknik memasak asli nusantara. Unsur budaya masakan China dapat
dicermati pada beberapa masakan Indonesia. Masakan seperti bakmi, bakso, dan lumpia telah terserap dalam seni masakan
Indonesia.
Beberapa jenis hidangan asli Indonesia
juga kini dapat ditemukan di beberapa negara Asia. Masakan Indonesia populer
seperti sate, rendang, dan sambal juga digemari di Malaysia dan Singapura. Bahan
makanan berbahan dasar dari kedelai seperti variasi tahu dan tempe, juga sangat populer. Tempe
dianggap sebagai penemuan asli Jawa, adaptasi lokal dari fermentasi kedelai.
Jenis lainnya dari makanan fermentasi kedelai adalah oncom, mirip dengan tempe tapi menggunakan
jenis jamur yang berbeda, oncom sangat populer di Jawa Barat.
Indonesia umumnya dimakan dengan menggunakan
kombinasi alat makan sendok pada tangan
kanan dan garpu pada tangan
kiri, meskipun demikian di berbagai tempat (seperti Jawa Barat dan Sumatra Barat) juga lazim
didapati makan langsung dengan tangan telanjang. Di restoran atau rumah tangga
tertentu lazim menggunakan tangan untuk makan, seperti restoran seafood, restoran
tradisional Sunda dan Padang, atau warung tenda Pecel Lele dan Ayam Goreng khas Jawa Timur. Tempat
seperti ini biasanya juga menyajikan kobokan, semangkuk air kran dengan
irisan jeruk nipis agar memberikan aroma segar. Semangkuk air ini janganlah
diminum; hanya digunakan untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan dengan
menggunakan tangan telanjang. Menggunakan sumpit untuk makan lazim ditemui di
restoran yang menyajikan masakan China yang telah teradaptasi kedalam masakan
Indonesia seperti bakmie atau mie ayam dengan pangsit, mie goreng, dan
kwetiau goreng (mi pipih goreng, mirip char kway teow).
“Perkembangan”
Dalam perkembangan kuliner di Nusantara, terdapat empat
kekuatan besar yang mempengaruhi keragaman kuliner di nusantara India,
Tiongkok, Arab dan Eropa. Berawal dari kerajaan-kerajaan di
kepulauan nusantara yang kosmopolit, menjalin hubungan dagang dengan para
pedagang dari berbagai penjuru dunia. Bersamaan dengan perkembangan transportasi
dan jalur perdagangan laut, simpul-simpul perdagangan di nusantara mulai
berkembang, misalnya saja Sriwijaya,
Samudra Pasai, Melayu, Singasari, Majapahit, Mataram, Gowa-Tallo hingga
Demak Bintoro. Hubungan erat kerajaan di nusantara dengan para pedagang dari
India, Tiongkok, dan Arab memberikan pengaruh besar pada teknik memasak dan
makanan di Nusantara.
Teknik memasak dan keragaman kuliner
nusantara terus berkembang seiring datangnya para penjelajah dari Spanyol dan
Portugis ke kepulauan Maluku dalam misi mencari rempah-rempah. Cengkeh
dan pala menjadi primadona bangsa eropa pada saat itu, menjadi alasan
utama mereka mengarungi samudra hingga ke Indonesia. Belanda pun tergiur untuk
mendapatkan rempah-rempah dari kepulauan Indonesia, dan akhirnya menguasai Indonesia
selama ratusan tahun. Kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia memberikan teknik
memasak baru baru bagi penduduk pribumi, antara lain memasak dengan menggunakan
oven. Saat ini makanan yang terpengaruh
oleh empat kekuatan besar diatas (India, Tiongkok, Arab, dan Eropa) mudah kita
temukan di seluruh penjuru Indonesia, misalnya Mie, Bakso, Lumpia semarang, tahu gimbal, tahu gejrot, bakso,
tauco, mochi, siomay, Roti ganjel rel, Semur, Bistik, pandekuk, Martabak,
roti cane, kari, dan masih banyak lagi.
B.
TUJUAN
Makalah ini bertujuan :
§ Memahami
dan mengetahui dunia usaha kuliner
§ Mempersiapkan
bekal sebelum menjalani usaha kuliner
C.
RUMUSAN
MASALAH
§ Bagai
sebenarnya Usaha Kuliner
§ Bagai
mana konsep-konsep dalam usaha kuliner
D.
BATASAN
MASALAH
Makalah
ini hanya membahas tentang usaha kuliner.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
MEMBUKA
USAHA KULINER
Usaha kuliner memang akhir-akhir ini
sedang banyak digandrungi para pebisnis. Terlebih lagi di Tembilahan, Riau.
Mengingat rutinitas masyarakatnya lumayan padat. Maka dari itu, banyak ide-ide
yang bermunculan untuk membuka kedai makan seperti masakan khas padang atau
istilahnya nasi padang. Maka dari itu kita dapat menjumpai makanan padang
dengan mudah di sini.
Ada baiknya kita mengenalkan makanan
khas daerah/ kota lainnya agar masyarakat bisa memilih menu yang bervariasi
mengingat negara kita merupakan negara yang memiliki budaya dan kuliner khasnya
masing-masing.
Tidak ada salahnya jika kami ingin
mencoba membuka usaha makanan seperti masakan bugis kepada masyarakat luas.
Seperti berobok.
Apa itu berobbok? “Berobhok merupakan
jenis masakan berkuah yang berbahan dasar Jagung dengan campuran lainnya seperti
daging ayam, daun pucuk katu, yang dihidangkan dengan mi / bihun / atau pun
nasi. Makanan ini sangat cocok untuk menu sarapan, makan siang / sore / malam.”
Tujuan kami ingin mencoba memasarkan
makanan ini adalah agar orang-orang dapat merasakan makanan yang baru dan tidak
harus itu-itu aja. Seperti berobbok, makanan ini cukup mengenyangkan dapat
menambah nafsu makan karena rempah dan bumbu yang digunakan.
Selain itu, harga yang dikeluarkan pun
tidak membuat kantong bolong, jadi makanan ini sangat cocok untuk masyarakat
Tembilahan. Masyarakat juga harus tau, bahwa kita memiliki banyak kota / pulau
/ suku yang beraneka ragam, yang tentunya memiliki aneka kuliner yang berlimpah
ruah. Kita juga harus bisa melestarikannya.
Dalam
membuka usaha, ada beberapa hal yang harus dilakukan.
1.
Persiapan modal yang cukup,
2.
Mempersiapkan tenaga kerja,
3.
Pengadaan bahan baku,
4.
Hal teknik dalam menjalankan usaha,
5.
Pemasaran usaha secara optimal,
6.
Fasilitas dan lingkungan,
7.
Memperhatikan persaingan bisnis,
8.
Keuntungan sebuah bisnis, dan
9.
Yang paling penting adalah lokasi yang
strategis seperti di pusat kota. Di daerah taman, ataupun tempat-tempat yang
ramai dikunjungi
10.
Pilih struktur bisnis, unsur izin usaha,
dan daftarkan usaha pada instansi terkait yang tepat
2.
MACAM-MACAM
LABA
Untuk memulai suatu usaha, kita tidak
terlepas dari yang namanya “modal”. Ada yang membutuhkan modal kecil sampai
modal besar. Untuk itu, ada beberapa orang yang meminjam modal dari Bank, ada
pula yang patungan dengan anggota jika usaha itu yang dirintis bersama.
Berhubung usaha yang ingin kami buka memiliki beberapa anggota, modal yang kami
dapatkan dari hasil patungan, agar tidak membebani nantinya. Setelah usaha yang
dibuka telah lancar. Saatnya untuk menghitung untung dan rugi. Apa itu untung
dan rugi? Untung adalah pendapatan dari hasil penjualan yang melebihi modal
awal dari produk tersebut. Sebaliknya, rugi ialah keadaan dimana hasil dari
penjualan yang tidak mendapat keuntungan bahkan tidak mencapai modal awal dari
produk tersebut.
Untung sering disebut juga sebagai
laba. Laba dibagi menjadi dua, yaitu:
1.
Laba bersih ialah keuntungan yang sudah
tidak ada potongan-potongan lain. Keuntungan ini adaah real.
2.
Laba kotor ialah keuntungn yang masih
perlu potongan-potongan seperti pembayaran gigi karyawan, belanja bahan, dsb.
3.
MENGHITUNG
MODAL
Berikut cara untuk menghitung nilai
jual suatu produk. Misalnya modal awal sebesar Rp. 54.000
Perhitungan Harga Jual
Raw material =
Rp.54.000
Direct Labour 30% = Rp.
16.200
Factory Over Head (10%) = Rp. 1.620 +
COGM (Cost Of Good
Materials) = Rp. 71.820
Harga barang pokok yang
diproduksi
COGM per-paket (100%) =
=
Rp. 23.940
Asumsi Profit 30%
Harga jual per-paket
sebelum tax (100% + 30%)=
x
Rp. 23.940
= Rp. 31.122
COGM
per-paket =
Rp. 23.940 +
= Rp. 55.062
Harga jual setelah
ditambah tax
Tax 10% 10% x Rp. 31.122 = Rp.
3.112
Harga jual sebelum tax = Rp.31.122 +
Harga jual ke 3 paket
menu = Rp. 34.234
4.
RESIKO
SELAMA BERBISNIS KULINER
Resiko-resiko
yang kemungkinan terjadi di dunia usaha adalah:
1.
Munculnya pesaing-pesaing baru
2.
Banyaknya pesaing yang menjual dagangan
yang sejenis
3.
Membuka toko/kedai/rumah makan yang
lebih menarik
4.
Ruginya usaha karena berkurangnya
pembeli
Untuk
mencegah hal itu, hal yang harus kita lakukan ialah:
1.
Membuat menu yang bervariasi
2.
Mengembangkan ide, kreatifitas, dan
kinerja yang baik
3.
Membuat hal-hal baru untuk menarik kembali
pelanggan
4.
Harga jual tidak goyang (turun - naik),
terlalu murah, ataupun terlalu mahal.
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
USAHA
Faktor internal untuk memunculkan ide usaha
1.
Pengetahuan yang dimiliki
2.
Pengalaman dari individu itu sendiri
3.
Pengalaman saat melihat orang lain
menyelesikan masalah
Faktor
eksternal untuk mendapat inspirasi usaha
1.
Masalah yang dihadapi dan belum
terpecahkan
2.
Kesulitan yang dihadap ehari-hari
3.
Kebutuhan yang belum terpenuhi baik
untuk dirinya maupun orang lain.
4.
Pemikiran yang besar untuk menciptakan
sesuatu yang baru.
Faktor-faktor
yang dapat mengurangi resiko usaha:
1.
Adanya kesadaran dalam kemampuan
mengolah usaha, peluang dan kekuatan perusahaan
2.
Adanya kerja prestatif, dorongan
berinisiatif dan antusiasme untuk melaksanakan strategi usaha.
3.
Adanya kemampuan merencanakan taktik dan
strategi untuk mewujudkan perubahan di dalam lingkungan usahanya.
4.
Adanya kreatifitas dan inovatif dalam
menerapkan cara mengolah keadaan usaha demi keuntungan.
BAB III
PENUTUPAN
A.
KESIMPULAN
Kuliner adalah hasil olahan yang berupa
masakan. Masakan tersebut berupa lauk pauk, makanan (penganan), dan minuman.
Karena setiap daerah memiliki cita rasa tersendiri. Sebelumnya, masakan kuliner
telah melewati sejarah dan mengalami perkembangan sehingga menyebar ke
Indonesia dari berbagai suku. Masing-masing suku memiliki kuliner yang
berbeda-beda sesuai dengan ciri khas daerah
asal sukunya masing-masing.
B.
SARAN
Kuliner ini cukup banyak diminati dari
berbagai kalangan, khususnya di Tembilahan. Oleh karena itu, kita perlu
melestarikannya agar budaya kuliner di Indonesia tidak punah. Di samping untuk memajukan
perekonomian negara Indonesia, maka kami akan melestarikannya dengan cara
mengolah, dan memasarkan dengan membuka usaha Rumah makan, katering, dan
sebagainya. Usaha kuliner yang kami bangun membutuhkan berbagai tahapan,
syarat, dan harus melalui berbagai faktor dan resiko.
DAFTAR
PUSTAKA